(Ditinjau dari sisi kelebihan dan kekurangannya)
OLEH: MUHAJIR, S. Ag., M. Pd.
PENDAHULUAN
Dalam
rangka mengendalikan penyebaran pandemi
COVID-19 yang sedang melanda dunia tak terkecuali negara kita tercinta
Indonesia, maka mulai pada pertengahan bulan
Maret 2020, pemerintah Indonesia
memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan belajar di semua
Lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA sampai
pada perguruan tinggi. Tidak ketinggalan lembaga-lembaga pendidikan non formal
seperti pondok pesantren semuanya ditutup oleh pemerintah. Sekolah/madrasah
sampai perguruan tinggi dan Lembaga pendidikan formal dianggap sebagai salah
satu tempat yang berpotensi memperluas penyebaran COVID-19, karena adanya interaksi secara langsung antara
murid, guru, mahasiswa dan dosen, ustadz dan santrinya dan orang tua dengan
jarak yang dekat. Pada awalnya, kebijakan penutupan sekolah ini akan
diberlakukan selama dua minggu. Namun, angka penularan pandemi di berbagai
daerah yang terus meningkat sehingga pemerintah memaksa sekolah untuk
menerapkan kegiatan belajar dari rumah sampai batas waktu yang ditentukan oleh
pemerintah dengan melihat perkembangan pandemic COVID 19. Penerapan kegiatan
belajar dari rumah ini selanjutnya disebut dengan pembelajaran jarak jauh yang
disingkat dengan istilah PJJ. Kegiatan PJJ yang berkepanjangan ini membuat
beberapa guru yang pada awalnya berpikir bahwa penutupan sekolah hanya akan
dilakukan dalam waktu singkat, ternyata para guru khususnya guru SD/MI
mengalami kesulitan karena tidak memiliki persiapan yang memadai dan belum
memahami tentang pelaksanaan kegiatan PJJ.
Pelaksanaan
kegiatan PJJ yang dilaaksanaakan oleh guru di sekolah/madrasah dilaakukan
secaraa variasi. Ada yang melaksaanakaan dengan cara daring atau dalam jaringan
dengan menggunakan fasilitas internet dan sarana komputer, laptop atau android. Ada juga yang menggunakan
dengan model luring atau luar jaringan. Kegiatan luring biasanya dengan melihat
siaran pendidikan di televisi atau mendengarkan siaran radio. Bagi guru yang
belum menguasai teknologi informasi dan komunikasi, mereka hanya menggunakan
media whatshap atau WA yang ada di android mereka. Semua materi, tugas dan
penilaian diberikan melalui WA dari android.
Tetapi bagi guru yang sudah menguasai TIK secara mahir, mereka akan memberikan
materi pelajaran, tugas dan penilaian dengan menggunakan berbagai sarana yang
ada di laptop atau android. Misalnya
para guru bisa membuat video pembelajaran yang menarik, menggunakan google form, e-learning dan lain-lain.
Dalam
rangka memperkaya wawasan para guru yang belum memahami tentang pembelajaran
jaarak jauh di sini penulis akan mengulas tentang (1) Konsep pendidikan jarak
jauh (PJJ), (2) Komponen pendidikan jarak jauh
(PJJ), (4) Pengembangan pendidikan jarak jauh (PJJ), (5) Evaluasi pendidikan
jarak jauh (PJJ). Dengan harapan para guru khususnya guru SD/MI memahami secara
jelas maksud dari kegiatan pembelajaran jarajk jauh (PJJ).
1.
Konsep Pendidikan Jarak Jauh
Konsep yang
mendasari PJJ adalah karena adanya keterbatasan yang terjadi antara guru dengan
siswa, dosen dengan mahasiswa serta kalau dalam pendidikan
non formal di pondok pesantren antara
ustadz dengan para santrinya, juga di tempat-tempat pelatihan para
instruktur/tutor dengan peserta pelatihan. Keterbatasan yang dimaksud adalah
karena dimungkinkan jarak geografis atau sebab yang lain misalnya seperti
keadaan saat ini yang mengharuskan sekolah/madrasah, kampus, pondok pesantren
dan lembaga pendidikan yang lain sedang ditutup akibat pandemi Covid-19. Oleh
karena itu keterbatasan ini menyebabkan peserta didik dan guru tidak dapat
berada pada satu tempat/lokasi yang sama pada waktu yang sama untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap
muka secara langsung. Jadi tidak adanya interaksi secara langsung melalui tatap
muka antar guru/dosen/instruktur/pelatih dengan peserta didik inilah yang
mendasari konsep terjadinya pendidikan jarak jauh (PJJ).
Teknologi memang
memainkan peran penting baik dalam cara pengemasan pesan maupun dalam penyampaian
dan penerimaan pesan. Teknologi percetakan dan surat menyurat adalah merupakan
kegiatan yang paling awal dalam kegiatan PJJ. Sebelum adanya internet seperti
sekarang ini, pada masa lalu PJJ dilaksanakan melalui kegiatan surat menyurat,
misalnya guru atau nara sumber memberikan materi atau tugas kepada siswa
melalui surat, begitu sebaliknya para siswa memberikan tanggapan atau menjawab
tugas yang diberikn oleh guru atau naras umber melalui surat melalui jasa pos.
Pada
perkembangan selanjutnya PJJ menggunakan media yang berupa audio pesan atau
materi pembelajaran yang disampaikan para guru atau naras sumber
disampaikan melalui suara. Para siswa dapat mendengarkan materi pembelajaran
yang disampaikan guru/narasumber melalui radio di rumah masing-masing. Seiring
berkembangnya teknologi penggunaan televisi membuka wahana baru di dunia
pendidikan dalam kegiatan PJJ. Penggunaan televisi dalam PJJ tidak hanya suara
saja yang didengar oleh siswa di rumah, tetapi bisa bertatap muka antara antara
naras umber yang menyampaikan materi pembelajaran dengan siswa di rumah. Jadi
siswa di rumah bisa mendengar dan melihat langsung guru/narasumber yang memberikan
materi pembelajaran. Penggunaan televisi pada masa lalu belum terjadi interaksi
antara narasumber dan siswa. Jika ada tanggapan atau materi yang harus
dikerjakan oleh siswa, masih menggunakan surat melalui jasa pos. Karena pada
masa lalu siaran pendidikan di televisi tidak secara langsung. Seandainya
siaran dilaksanakan secara langsung siswa tidak bisa memberikan tanggapan atau
bertanya pada narasumber, karena belum ada fasilitas telepon secara interaktif.
Lain halnya dengan masa sekarang ini siaran pendidikan yang ada di radio maupun
di televisi dilaksanakan melalui siaran langsung dan dibuka layanan interaktif
untuk tanya jawab antara siswa dengan guru melalui layanan telepon.
Pelaksanaan PJJ
saat ini sudah semakin maju karena didukung oleh layanan internet yang sangat
canggih. Internet memiliki kemampuan jangkauan yang tinggi dalam mengatasi
masalah jarak dan waktu dibandingkan dengan surat, radio dan televisi. Pengaruh
teknologi internet terhadap perkembangan PJJ lebih besar karena mampu membuat
PJJ bisa dilaksanakan dengan tatap muka dan interaksi secara langsung. Kalau televisi siswa di rumah dapat melihat guru atau
narasumber, tetapi sebaliknya guru atau narasumber tidak bisa melihat siswa
yang ada di rumah. Lain halnya dengan fasilitas internet sekarang ini, dengan
menggunakan aplikasi zoom meeting
antara guru dan siswa bisa bertatap muka secara langsung melalui layar monitor
pada komputer, laptop dan android.
Siswa dan guru bisa berinteraksi secara langsung dan tanya jawab secara
langsung pada waktu yang bersamaan baik melalui suara atau melalui pesan atau chat ketika terjadi kegiatan PJJ dengan
menggunakan zoom meeting.
Layanan internet
banyak memberikan fasilitas terlaksananya PJJ dari mulai yang sederhana sampai
pada yang sangat menarik pada masa pandemi Covid-19 ini. Misalnya guru bisa
menggunakan whatshap, facebook, email,
video pembelajaraan, google classroom,
google meeting dan lain-lain atau yang sekarang ini disebut dengan istilah e-learning. Selain itu dimasa pandemi Covid-19
ini ada beberapa situs di internet yang menyediakan layanan pembelajaran secara
daring yang bisa diakses oleh para siswa di rumah atau di mana saja. Misalnya
situs yang disediakan oleh kemendikbud RI. Situs-situs itu diantaranya adalah :
Rumah belajar, Meja Kita, Icando,
IndonesiaX, Google for education,
Kelas Pintar, Microsoft Office 365, Quipper
School, Ruang Guru, Sekolahmu, Zenius,
dan Cisco webex. Para guru atau narasumber
tinggal memilih dan menyesuaikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
kemampuan siswa, kondisi jaringan di daerah tersebut dan fasilitas yang
dimiliki oleh para guru dan siswa.
Dari berbagai
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jarak jauh pada dasarnya
adalah proses pendidikan yang dilakukan dimana siswa dan guru berada pada
tempat yang berbeda dengan menggunakan berbagai macam teknologi. Proses
pendidikan PJJ dapat terjadi dalam suatu interaksi langsung atau tidak langsung
dalam satu waktu yang sama atau waktu yang berbeda melalui media teknologi yang
tersedia.
2.
Perkembangan
Pendidikan Jarak Jauh
Seiring dengan
perkembangan zaman PJJ pada saat ini sudah mendunia. Hampir negara di belahan
dunia ini sudah melaksanakan dan memiliki program PJJ baik dari pendidikan
tingkat dasar, menengah sampai pada perguruan tinggi. Pada perkembangannya PJJ
pada tingkat perguruan tinggi lebih cepat mendunia dibandingkan dengan pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Hal ini disebabkan karena lembaga pendidikan
pada tingkat dasar dan menengah banyak yang letak geografisnya berada pada
daerah pedesaan dan terpencil. Sedangkan pendidikan tingkat tinggi lokasinya
banyak yang ada di daerah perkotaan yang sudah maju.
Di Indonesia
pelaksanaan PJJ sudah dimulai sejak tahun 1984, yang mana waktu itu diterapkan
pada pendidikan tinggi di Universitas Terbuka. Dalam perkembangannya saat ini
sudah banyak perguruan tinggi sudah melaksanakan PJJ. Pelaksanaan PJJ untuk
tingkat pendidikan dasar dan menengah di Indonesia baru dilaksanakan secara
meluas Ketika negara Indonesia mengalami wabah pandemi Covid-19.
Namun demikian tidak semua lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah saat
ini melaksanakan PJJ dengan baik, karena keterbatasan media dan lain-lain.
3.
Model Pendidikan
Jarak Jauh di SD/MI
Ada beberapa
model yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan PJJ pada tingkat SD/MI pada masa
pandemi Covid-19 ini.
a.
Model dimana pendidikan
jarak jauh (PJJ) dilakukan secara manual.
Model ini
diterapkan pada sekolah yang keadaan demografinya tidak mendukung, dikarenakan
lokasi terpencil, jaringan internet tidak ada, siaran radio atau televisi tidak
terjangkau. Hal ini juga bisa diterapkan pada daerah yang keadaan ekonomi
masyarakatnya sangat rendah atau kategori miskin. Model manual ini guru bisa
berkunjung ke rumah siswa secara bergantian untuk memberikan pembelajaran pada
siswa. Siswa yang rumahnya berdekatan, kira-kira ada siswa satu sampai dengan
lima orang dikumpulkan jadi satu tempat untuk diberikan pembelajaran dan
pendampingan ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Selain itu kita
bisa menggunakan jasa kurir atau jasa pos untuk mengirimkan materi dan tugas
pada siswa. Dan suatu saat guru berkunjung ke rumah siswa untuk mengambil tugas
yang telah dikirim sambil memberi pendampingan.
b.
Model Pendidikan
Jarak Jauh (PJJ) secara Online
Pada model ini
pembelajaran jarak jauh dilakukan secara online
dengan baik. Hal ini dikarenakan daerah tersebut bisa mengakses fasilitas
internet, siaran radio dan televisi dengan baik. Selain itu fasilitas yang
mendukung terlaksanya PJJ secara online sangat mendukung. Misalnya kemampuan
guru dibidang IT, sekolah mempunyai fasilitas internet yang memadai, sarana
computer yang cukup, dan para siswa di rumah juga terpenuhi baik fasilitas
internet dan komputer atau android.
Yang tak kalah pentingnya para wali murid juga menguasai penggunaan IT dengan
baik.
4.
Evaluasi Pelaksanaan
Pendidikan Jarak Jauh di SD/MI
Pandemi Covid-19
yang sedang kita alami, khususnya dibidang pendidikan lebih khusus lagi
pendidikan di tingkat SD/MI membawa banyak problematika yang muncul. Problem
atau permasalahan ada yang bersifat kekurangan dan ada yang bersifat kelebihan.
Permasalahan yang muncul dapat kita bedakan dari siswa, guru, orang tua dan
demografi sekolah. Disini penulis berusaha menganalisa permasalahan yang muncul.
a.
Permasalahan dari
siswa
-
Banyak siswa yang
tidak mempunyai HP/android dan laptop.
-
Banyak siswa yang
masih gaptek terhadap IT khususnya kelas rendah.
-
Siswa kurang
tertarik pada pembelajaran melalui PJJ.
-
Siswa merasa jenuh
dan bosan karena tinggal di rumah terus, tidak bisa bertemu dengan
teman-temannya di sekolah.
-
Jika siswa mempunyai
HP/android, mereka hanya bisa mengoperasikan game atau youtube.
-
Ketika diberi tugas
oleh guru, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas karena merasa aman tidak
ada teguran secara langsung dari guru.
-
Siswa di rumah
merasa seperti libur sekolah, sehingga mereka bermain sepuasnya karena tidak
ada kontrol dari orang tua, karena orang tua sedang bekerja.
b.
Permasalahan dari
guru
-
Banyak guru
khususnya guru non ASN yang belum sertifikasi tidak mempunyai laptop atau
android yang memadai untuk pelaksanaan PJJ.
-
Masih ada guru yang
gaptek terhadap TIK, sehingga sulit untuk membuat materi pembelajaran yang
menarik untuk diberikan pada siswa.
-
Guru mempunyai
peralatan laptop dan android yang memadai, tapi mereka malas untuk membuat
media pembelajaran yang menarik secara online.
-
Guru kurang peduli
dan tidak bertanggugjawab atas tugasnya.
c.
Permasalahan dari
orang tua
-
Tidak semua orang
tua mampu membelikan laptop dan android untuk semua anaknya yang masih sekolah.
-
Orang tua tidak
mampu menyediakan jaringan wifi atau kuota data.
-
Orang tua hanya
mempunyai satu android, dan dibawa orang tuanya bekerja.
d.
Permasalahan
demografi sekolah
-
Sekolah di pedesaan
tidak ada sinyal internet.
-
Sekolah di pedesaan
banyak yang belum mempunyai peralan TIK yang memadai.
Dari empat permasalahan
di atas mulai dari permasalahan dari siswa, guru, orang tua dan letak demografi
sekolah yang bersifat kekurangan, justru membawa kelebihan bagi siswa, guru,
orang tua dan sekolah. kelebihan yang dimaksud diantaranya adalah : guru yang
asalnya kurang memahami dan tidak mampu mengoperasikan peralatan TIK, mereka
akan belajar dengan teman-temannya untuk bisa membuat materi pembelajaran yang
menarik melalui PJJ online dengan dukungan dari kepala sekolah yang selalu
memberikan motivasi pada guru-gurunya. Bagi siswa yang kurang memahami TIK juga
akan belajar menguasai TIK dengan baik. Bagi orang tua begitu juga akan
berusaha belajar memahami dan menggunakan TIK, dipandu oleh guru para orang tua
Latihan membuat akun email, membuka elearning untuk membantu putra-putrinya
dalam mengirimkan tugas yang diberikan oleh guru. Orang tua semakin peduli
terhadap putra-putrinya dalam mendampingi belajar di rumah. Sekolah-sekolah
yang asalnya sarana pendukung TIK kurang, maka kepala sekolah bersama komite
dan stakeholder yang lain akan
berusaha memenuhi sarana TIK yang dibutuhkan. Sekolah-sekolah sering mengdakan
kegiatan pelatihan membuat media pembelajaran secara online. Misalnya Latihan
membuat google classroom, Latihan
membuat video pembelajaran dengan berbagai aplikasi yang ada di internet.
5.
Kesimpulan
Pada masa
pandemi Covid-19 ini, karena semua kegiatan pendidikan secara tatap muka
langsung di sekolah dihentikan, diganti dengan kegiatan pendidikan jarak jauh
maka PJJ merupakan solusi pendidikan yang sangat baik untuk mengatasi berbagai
masalah yang berkaitan dengan lokasi, jarak dan waktu antara guru di sekolah
dengan siswa di rumah. Kemajuan peralatan teknologi yang disebut dengan TIK
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan sarana dan media
pembelajaran yang menarik untuk diberikan kepada siswa.
Kegiatan PJJ
tentu memunculkan banyak permasalahan atau problema, mulai dari karakteristik
siswa, guru, orang tua dan letak demografi
sekolah yang sangat beragam, untuk itu para pemangku kepentingan dibidang
pendidikan harus bisa memberikan solusi terbaik demi terlaksananya pelaksanaan
PJJ di tingkat pendidikan SD/MI dimasa pandemi Covid-19 ini. Diantaranya adalah
ketersediaan dana untuk memfasilitasi kegiatan PJJ, sehingga pendidikan tetap
berjalan baik dan lancer sesuai harapan. Karena sejatinya pendidikan tidak
boleh berhenti dalam kondisi apapun.
Profil Penulis
Muhajir lahir di Pati pada 16 september 1969.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Slungkep 1 Kecamatan kayen
Kabupaten Pati tahun 1982. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di MTsN
Lasem Kabupaten Rembang dan lulus pada tahun 1985. Belajar di PGAN Kudus lulus
tahun 1988. Pendidikan strata 1 pada fakultas tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang
1995. Sedangkan strata 2 diselesaikan di UPGRIS Semarang Prodi Manajemen
Pendidikan pada tahun 2013.
Mulai jadi guru di Madrasah Ibtidaiyah
Miftahussalam Wonosalam kabupaten Demak tahun 1988 sampai tahun 2005. Sejak
tahun 2005 sampai tahun 2017 menjadi kepala madrasah di MI Miftahussalam 2
Wonosalam Kabupaten demak. Sejak tahun 2017 sampai sekarang menjadi kepala
madrasah di MIN 2 Kabupaten Jepara. Selain menjadi guru dan kepala madrasah,
juga pernah menjadi fasilitator pembelajaran bagi guru SD/MI di Kabupaten Demak
bekerjasama dengan USAID, mulai tahun 2006 sampai tahun 2017.