Senin, 20 Desember 2021

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI SD/MI

 

(Ditinjau dari sisi kelebihan dan kekurangannya)

OLEH: MUHAJIR, S. Ag., M. Pd.


PENDAHULUAN

 

Dalam rangka  mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia tak terkecuali negara kita tercinta Indonesia, maka mulai pada pertengahan bulan  Maret 2020, pemerintah Indonesia  memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan belajar di semua Lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA sampai pada perguruan tinggi. Tidak ketinggalan lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti pondok pesantren semuanya ditutup oleh pemerintah. Sekolah/madrasah sampai perguruan tinggi dan Lembaga pendidikan formal dianggap sebagai salah satu tempat yang berpotensi memperluas penyebaran COVID-19,  karena adanya interaksi secara langsung antara murid, guru, mahasiswa dan dosen, ustadz dan santrinya dan orang tua dengan jarak yang dekat. Pada awalnya, kebijakan penutupan sekolah ini akan diberlakukan selama dua minggu. Namun, angka penularan pandemi di berbagai daerah yang terus meningkat sehingga pemerintah memaksa sekolah untuk menerapkan kegiatan belajar dari rumah sampai batas waktu yang ditentukan oleh pemerintah dengan melihat perkembangan pandemic COVID 19. Penerapan kegiatan belajar dari rumah ini selanjutnya disebut dengan pembelajaran jarak jauh yang disingkat dengan istilah PJJ. Kegiatan PJJ yang berkepanjangan ini membuat beberapa guru yang pada awalnya berpikir bahwa penutupan sekolah hanya akan dilakukan dalam waktu singkat, ternyata para guru khususnya guru SD/MI mengalami kesulitan karena tidak memiliki persiapan yang memadai dan belum memahami tentang pelaksanaan kegiatan PJJ.

Pelaksanaan kegiatan PJJ yang dilaaksanaakan oleh guru di sekolah/madrasah dilaakukan secaraa variasi. Ada yang melaksaanakaan dengan cara daring atau dalam jaringan dengan menggunakan fasilitas internet dan sarana komputer, laptop atau android. Ada juga yang menggunakan dengan model luring atau luar jaringan. Kegiatan luring biasanya dengan melihat siaran pendidikan di televisi atau mendengarkan siaran radio. Bagi guru yang belum menguasai teknologi informasi dan komunikasi, mereka hanya menggunakan media whatshap atau WA yang ada di android mereka. Semua materi, tugas dan penilaian diberikan melalui WA dari android. Tetapi bagi guru yang sudah menguasai TIK secara mahir, mereka akan memberikan materi pelajaran, tugas dan penilaian dengan menggunakan berbagai sarana yang ada di laptop atau android. Misalnya para guru bisa membuat video pembelajaran yang menarik, menggunakan google form, e-learning dan lain-lain.

Dalam rangka memperkaya wawasan para guru yang belum memahami tentang pembelajaran jaarak jauh di sini penulis akan mengulas tentang (1) Konsep pendidikan jarak jauh (PJJ), (2) Komponen pendidikan jarak jauh (PJJ), (4) Pengembangan pendidikan jarak jauh (PJJ), (5) Evaluasi pendidikan jarak jauh (PJJ). Dengan harapan para guru khususnya guru SD/MI memahami secara jelas maksud dari kegiatan pembelajaran jarajk jauh (PJJ).

 

1.      Konsep  Pendidikan Jarak Jauh

Konsep yang mendasari PJJ adalah karena adanya keterbatasan yang terjadi antara guru dengan siswa, dosen dengan mahasiswa serta kalau  dalam pendidikan non  formal di pondok pesantren antara ustadz dengan para santrinya, juga di tempat-tempat pelatihan para instruktur/tutor dengan peserta pelatihan. Keterbatasan yang dimaksud adalah karena dimungkinkan jarak geografis atau sebab yang lain misalnya seperti keadaan saat ini yang mengharuskan sekolah/madrasah, kampus, pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang lain sedang ditutup akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu keterbatasan ini menyebabkan peserta didik dan guru tidak dapat berada pada satu tempat/lokasi yang sama pada waktu yang sama untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran  tatap muka secara langsung. Jadi tidak adanya interaksi secara langsung melalui tatap muka antar guru/dosen/instruktur/pelatih dengan peserta didik inilah yang mendasari konsep terjadinya pendidikan jarak jauh (PJJ). 

Teknologi memang memainkan peran penting baik dalam cara pengemasan pesan maupun dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Teknologi percetakan dan surat menyurat adalah merupakan kegiatan yang paling awal dalam kegiatan PJJ. Sebelum adanya internet seperti sekarang ini, pada masa lalu PJJ dilaksanakan melalui kegiatan surat menyurat, misalnya guru atau nara sumber memberikan materi atau tugas kepada siswa melalui surat, begitu sebaliknya para siswa memberikan tanggapan atau menjawab tugas yang diberikn oleh guru atau naras umber melalui surat melalui jasa pos.  

Pada perkembangan selanjutnya PJJ menggunakan media yang berupa audio pesan atau materi pembelajaran yang disampaikan para guru atau naras sumber disampaikan melalui suara. Para siswa dapat mendengarkan materi pembelajaran yang disampaikan guru/narasumber melalui radio di rumah masing-masing. Seiring berkembangnya teknologi penggunaan televisi membuka wahana baru di dunia pendidikan dalam kegiatan PJJ. Penggunaan televisi dalam PJJ tidak hanya suara saja yang didengar oleh siswa di rumah, tetapi bisa bertatap muka antara antara naras umber yang menyampaikan materi pembelajaran dengan siswa di rumah. Jadi siswa di rumah bisa mendengar dan melihat langsung guru/narasumber yang memberikan materi pembelajaran. Penggunaan televisi pada masa lalu belum terjadi interaksi antara narasumber dan siswa. Jika ada tanggapan atau materi yang harus dikerjakan oleh siswa, masih menggunakan surat melalui jasa pos. Karena pada masa lalu siaran pendidikan di televisi tidak secara langsung. Seandainya siaran dilaksanakan secara langsung siswa tidak bisa memberikan tanggapan atau bertanya pada narasumber, karena belum ada fasilitas telepon secara interaktif. Lain halnya dengan masa sekarang ini siaran pendidikan yang ada di radio maupun di televisi dilaksanakan melalui siaran langsung dan dibuka layanan interaktif untuk tanya jawab antara siswa dengan guru melalui layanan telepon.

Pelaksanaan PJJ saat ini sudah semakin maju karena didukung oleh layanan internet yang sangat canggih. Internet memiliki kemampuan jangkauan yang tinggi dalam mengatasi masalah jarak dan waktu dibandingkan dengan surat, radio dan televisi. Pengaruh teknologi internet terhadap perkembangan PJJ lebih besar karena mampu membuat PJJ bisa dilaksanakan dengan tatap muka dan interaksi secara langsung. Kalau televisi siswa di rumah dapat melihat guru atau narasumber, tetapi sebaliknya guru atau narasumber tidak bisa melihat siswa yang ada di rumah. Lain halnya dengan fasilitas internet sekarang ini, dengan menggunakan aplikasi zoom meeting antara guru dan siswa bisa bertatap muka secara langsung melalui layar monitor pada komputer, laptop dan android. Siswa dan guru bisa berinteraksi secara langsung dan tanya jawab secara langsung pada waktu yang bersamaan baik melalui suara atau melalui pesan atau chat ketika terjadi kegiatan PJJ dengan menggunakan zoom meeting.

Layanan internet banyak memberikan fasilitas terlaksananya PJJ dari mulai yang sederhana sampai pada yang sangat menarik pada masa pandemi Covid-19 ini. Misalnya guru bisa menggunakan whatshap, facebook, email, video pembelajaraan, google classroom, google meeting dan lain-lain atau yang sekarang ini disebut dengan istilah e-learning. Selain itu dimasa pandemi Covid-19 ini ada beberapa situs di internet yang menyediakan layanan pembelajaran secara daring yang bisa diakses oleh para siswa di rumah atau di mana saja. Misalnya situs yang disediakan oleh kemendikbud RI. Situs-situs itu diantaranya adalah : Rumah belajar, Meja Kita, Icando, IndonesiaX, Google for education, Kelas Pintar, Microsoft Office 365, Quipper School, Ruang Guru, Sekolahmu, Zenius, dan Cisco webex. Para guru atau narasumber tinggal memilih dan menyesuaikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, kemampuan siswa, kondisi jaringan di daerah tersebut dan fasilitas yang dimiliki oleh para guru dan siswa.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jarak jauh pada dasarnya adalah proses pendidikan yang dilakukan dimana siswa dan guru berada pada tempat yang berbeda dengan menggunakan berbagai macam teknologi. Proses pendidikan PJJ dapat terjadi dalam suatu interaksi langsung atau tidak langsung dalam satu waktu yang sama atau waktu yang berbeda melalui media teknologi yang tersedia.

 

2.      Perkembangan Pendidikan Jarak Jauh

Seiring dengan perkembangan zaman PJJ pada saat ini sudah mendunia. Hampir negara di belahan dunia ini sudah melaksanakan dan memiliki program PJJ baik dari pendidikan tingkat dasar, menengah sampai pada perguruan tinggi. Pada perkembangannya PJJ pada tingkat perguruan tinggi lebih cepat mendunia dibandingkan dengan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Hal ini disebabkan karena lembaga pendidikan pada tingkat dasar dan menengah banyak yang letak geografisnya berada pada daerah pedesaan dan terpencil. Sedangkan pendidikan tingkat tinggi lokasinya banyak yang ada di daerah perkotaan yang sudah maju.

Di Indonesia pelaksanaan PJJ sudah dimulai sejak tahun 1984, yang mana waktu itu diterapkan pada pendidikan tinggi di Universitas Terbuka. Dalam perkembangannya saat ini sudah banyak perguruan tinggi sudah melaksanakan PJJ. Pelaksanaan PJJ untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah di Indonesia baru dilaksanakan secara meluas Ketika negara Indonesia mengalami wabah pandemi Covid-19. Namun demikian tidak semua lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah saat ini melaksanakan PJJ dengan baik, karena keterbatasan media dan lain-lain.

 

3.      Model Pendidikan Jarak Jauh di SD/MI

Ada beberapa model yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan PJJ pada tingkat SD/MI pada masa pandemi Covid-19 ini.

 

a.       Model dimana pendidikan jarak jauh (PJJ) dilakukan secara manual.

Model ini diterapkan pada sekolah yang keadaan demografinya tidak mendukung, dikarenakan lokasi terpencil, jaringan internet tidak ada, siaran radio atau televisi tidak terjangkau. Hal ini juga bisa diterapkan pada daerah yang keadaan ekonomi masyarakatnya sangat rendah atau kategori miskin. Model manual ini guru bisa berkunjung ke rumah siswa secara bergantian untuk memberikan pembelajaran pada siswa. Siswa yang rumahnya berdekatan, kira-kira ada siswa satu sampai dengan lima orang dikumpulkan jadi satu tempat untuk diberikan pembelajaran dan pendampingan ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Selain itu kita bisa menggunakan jasa kurir atau jasa pos untuk mengirimkan materi dan tugas pada siswa. Dan suatu saat guru berkunjung ke rumah siswa untuk mengambil tugas yang telah dikirim sambil memberi pendampingan.

b.      Model Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) secara Online

Pada model ini pembelajaran jarak jauh dilakukan secara online dengan baik. Hal ini dikarenakan daerah tersebut bisa mengakses fasilitas internet, siaran radio dan televisi dengan baik. Selain itu fasilitas yang mendukung terlaksanya PJJ secara online sangat mendukung. Misalnya kemampuan guru dibidang IT, sekolah mempunyai fasilitas internet yang memadai, sarana computer yang cukup, dan para siswa di rumah juga terpenuhi baik fasilitas internet dan komputer atau android. Yang tak kalah pentingnya para wali murid juga menguasai penggunaan IT dengan baik.

 

4.      Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh di SD/MI

Pandemi Covid-19 yang sedang kita alami, khususnya dibidang pendidikan lebih khusus lagi pendidikan di tingkat SD/MI membawa banyak problematika yang muncul. Problem atau permasalahan ada yang bersifat kekurangan dan ada yang bersifat kelebihan. Permasalahan yang muncul dapat kita bedakan dari siswa, guru, orang tua dan demografi sekolah. Disini penulis berusaha menganalisa permasalahan yang muncul.

a.       Permasalahan dari siswa

-       Banyak siswa yang tidak mempunyai HP/android dan laptop.

-       Banyak siswa yang masih gaptek terhadap IT khususnya kelas rendah.

-       Siswa kurang tertarik pada pembelajaran melalui PJJ.

-       Siswa merasa jenuh dan bosan karena tinggal di rumah terus, tidak bisa bertemu dengan teman-temannya di sekolah.

-       Jika siswa mempunyai HP/android, mereka hanya bisa mengoperasikan game atau youtube.

-       Ketika diberi tugas oleh guru, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas karena merasa aman tidak ada teguran secara langsung dari guru.

-       Siswa di rumah merasa seperti libur sekolah, sehingga mereka bermain sepuasnya karena tidak ada kontrol dari orang tua, karena orang tua sedang bekerja.

 

b.      Permasalahan dari guru

-       Banyak guru khususnya guru non ASN yang belum sertifikasi tidak mempunyai laptop atau android yang memadai untuk pelaksanaan PJJ.

-       Masih ada guru yang gaptek terhadap TIK, sehingga sulit untuk membuat materi pembelajaran yang menarik untuk diberikan pada siswa.

-       Guru mempunyai peralatan laptop dan android yang memadai, tapi mereka malas untuk membuat media pembelajaran yang menarik secara online.

-       Guru kurang peduli dan tidak bertanggugjawab atas tugasnya.

c.       Permasalahan dari orang tua

-       Tidak semua orang tua mampu membelikan laptop dan android untuk semua anaknya yang masih sekolah.

-       Orang tua tidak mampu menyediakan jaringan wifi atau kuota data.

-       Orang tua hanya mempunyai satu android, dan dibawa orang tuanya bekerja.

d.      Permasalahan demografi sekolah

-       Sekolah di pedesaan tidak ada sinyal internet.

-       Sekolah di pedesaan banyak yang belum mempunyai peralan TIK yang memadai.

Dari empat permasalahan di atas mulai dari permasalahan dari siswa, guru, orang tua dan letak demografi sekolah yang bersifat kekurangan, justru membawa kelebihan bagi siswa, guru, orang tua dan sekolah. kelebihan yang dimaksud diantaranya adalah : guru yang asalnya kurang memahami dan tidak mampu mengoperasikan peralatan TIK, mereka akan belajar dengan teman-temannya untuk bisa membuat materi pembelajaran yang menarik melalui PJJ online dengan dukungan dari kepala sekolah yang selalu memberikan motivasi pada guru-gurunya. Bagi siswa yang kurang memahami TIK juga akan belajar menguasai TIK dengan baik. Bagi orang tua begitu juga akan berusaha belajar memahami dan menggunakan TIK, dipandu oleh guru para orang tua Latihan membuat akun email, membuka elearning untuk membantu putra-putrinya dalam mengirimkan tugas yang diberikan oleh guru. Orang tua semakin peduli terhadap putra-putrinya dalam mendampingi belajar di rumah. Sekolah-sekolah yang asalnya sarana pendukung TIK kurang, maka kepala sekolah bersama komite dan stakeholder yang lain akan berusaha memenuhi sarana TIK yang dibutuhkan. Sekolah-sekolah sering mengdakan kegiatan pelatihan membuat media pembelajaran secara online. Misalnya Latihan membuat google classroom, Latihan membuat video pembelajaran dengan berbagai aplikasi yang ada di internet.

 

5.      Kesimpulan

Pada masa pandemi Covid-19 ini, karena semua kegiatan pendidikan secara tatap muka langsung di sekolah dihentikan, diganti dengan kegiatan pendidikan jarak jauh maka PJJ merupakan solusi pendidikan yang sangat baik untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan lokasi, jarak dan waktu antara guru di sekolah dengan siswa di rumah. Kemajuan peralatan teknologi yang disebut dengan TIK memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan sarana dan media pembelajaran yang menarik untuk diberikan kepada siswa.

Kegiatan PJJ tentu memunculkan banyak permasalahan atau problema, mulai dari karakteristik siswa, guru, orang tua  dan letak demografi sekolah yang sangat beragam, untuk itu para pemangku kepentingan dibidang pendidikan harus bisa memberikan solusi terbaik demi terlaksananya pelaksanaan PJJ di tingkat pendidikan SD/MI dimasa pandemi Covid-19 ini. Diantaranya adalah ketersediaan dana untuk memfasilitasi kegiatan PJJ, sehingga pendidikan tetap berjalan baik dan lancer sesuai harapan. Karena sejatinya pendidikan tidak boleh berhenti dalam kondisi apapun.

   

Profil Penulis

Muhajir lahir di Pati pada 16 september 1969. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Slungkep 1 Kecamatan kayen Kabupaten Pati tahun 1982. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di MTsN Lasem Kabupaten Rembang dan lulus pada tahun 1985. Belajar di PGAN Kudus lulus tahun 1988. Pendidikan strata 1 pada fakultas tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang 1995. Sedangkan strata 2 diselesaikan di UPGRIS Semarang Prodi Manajemen Pendidikan pada tahun 2013.

Mulai jadi guru di Madrasah Ibtidaiyah Miftahussalam Wonosalam kabupaten Demak tahun 1988 sampai tahun 2005. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2017 menjadi kepala madrasah di MI Miftahussalam 2 Wonosalam Kabupaten demak. Sejak tahun 2017 sampai sekarang menjadi kepala madrasah di MIN 2 Kabupaten Jepara. Selain menjadi guru dan kepala madrasah, juga pernah menjadi fasilitator pembelajaran bagi guru SD/MI di Kabupaten Demak bekerjasama dengan USAID, mulai tahun 2006 sampai tahun 2017.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar