Jumat, 31 Desember 2021

MIN 2 JEPARA RAIH JUARA 3 LOMBA MEMASAK KEMENAG JEPARA

Utusan MIN 2 Jepara meraih juara 3 dalam lomba memasak yang diadakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara. Lomba ini dihelat dalam rangka menyambut Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama ke 76 tahun 2022. 

Lomba memasak nasi goreng ini diikuti oleh kepala-kepala satuan kerja di bawah naungan Kementerian Agama (MIN/ MIS, MTsN/ MTsS, MAN/ MAS, KUA, dll). Dalam hal ini, MIN 2 Jepara diwakili oleh Kepala Madrasah (Bp. Muhajir) dan salah satu guru (Bu Sulistyowati).

Nasi goreng buatan Tim MIN 2 Jepara diberi nama "Nasi Goreng Tresno Pasay". Tresno berarti suka atau cinta. Bisa juga dipahami sebagai tagline MINDURA yg merupakan akronim dari Tekun, Religius, Elok, Santun, Nasionalis, Optimis. Sedangkan "Pasay" merupakan akronim dari rempah dan sayuran.

Selain lomba memasak nasi goreng, HAB Kemenag tingkat Kabupaten Jepara juga diisi dengan acara ziarah makam leluhur, lomba tamanisasi, dan lomba-lomba lainnya. Puncak acara adalah upacara HAB Kemenag yang akan dilaksanakan tanggal 3 Januari 2022.






Minggu, 26 Desember 2021

Peran PGRI dalam Mewujudkan Merdeka Belajar

 Oleh: Rohani, S.Th.I. (Guru MIN 2 Jepara)


Perihal Merdeka Belajar

Rabu, 11 Desember 2019, merupakan momentum yang sangat penting bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pada hari itu, untuk pertama kalinya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Anwar Makarim menyampaikan gagasannya tentang “Merdeka Belajar”. Konsep tersebut disampaikan dalam forum Rapat Koordinasi Kepala Dinas Pendidikan Seluruh Indonesia yang dilaksanakan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

Merdeka belajar merupakan program kebijakan yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada  esensi  undang-undang  dengan  memberi kebebasan kepada sekolah, guru dan murid untuk bebas  berinovasi,  bebas  untuk  belajar  dengan mandiri dan kreatif, dimana kebebasan berinovasi ini  harus  dimulai  dari  guru  sebagai  penggerak pendidikan nasional (Merdeka Belajar: Kajian Literatur, Sherly dkk, disampaikan dalam Konferensi Nasional Pendidikan I). Tujuan akhir Merdeka Belajar adalah terciptanya profil pelajar pancasila yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinnekaan global, gotong royong, dan kreatif.

Peran PGRI dalam Mewujudkan Merdeka Belajar

PGRI sebagai organisasi profesi yang menaungi para guru di Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan Merdeka Belajar. Hal ini dikarenakan, pertama PGRI berperan serta mengembangkan sistem dan pelaksanaan pendidikan nasional (sesuai tujuan PGRI poin e); kedua, mendorong terwujudnya pendidikan bermutu dan terjangkau masyarakat serta layanan pendidikan yang kreatif, efektif, efisien, dan menyenangkan (sesuai misi PGRI poin f). Dan ketiga, PGRI mempunyai fungsi meningkatkan kompetensi guru, dosen, dan tenaga kependidikan (sesuai fungsi PGRI poin b).

Berdasarkan uraian di atas setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh PGRI untuk mendukung terlaksananya Merdeka Belajar sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya. Pertama adalah menyosialisasikan konsep Merdeka Belajar kepada para guru yang bernanung di dalam organisasinya. Hal ini penting karena tanpa tahu apa itu Merdeka Belajar, para guru tentu tidak akan bisa mengimplementasikannya di lapangan. Di samping itu, PGRI mempunyai perangkat kepengurusan hingga tingkat Desa/ Keluruhan. Sehingga program dan kegiatan di bawah koordinasi PGRI bisa langsung menyentuh guru secara luas dan hingga level terbawah.

Kedua adalah dengan meningkatkan profesionalitas, skill, dan kompetensi guru, terutama yang terkait dan mendukung terlaksananya program Merdeka Belajar. Hal ini bisa dilakukan melalui pelbagai seminar maupun pelatihan. Dan dikarenakan munculnya program Merdeka Belajar ini seiring dengan adanya pandemi Covid-19, maka pelatihan-pelatihan tersebut bisa dilakukan secara jarak jauh melalui perangkat teknologi yang ada. Dengan memakai perangkat telekonferensi seperti Zoom, Google Meet, dan Microsoft 365 justru bisa menjangkau lebih banyak peserta dengan biaya yang minimum bahkan gratis.

Ketiga meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah, serta lembaga-lembaga pendidikan, dalam mengawal terlaksananya program Merdeka Belajar. PGRI harus bisa memastikan bahwa  setiap kebijakan terkait Merdeka Belajar yang ditetapkan oleh Mendikbud dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini PGRI bertindak sebagai pengawas eksternal (pihak di luar Pemerintah) yang memastikan berjalannya sebuah program sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengawas eksternal maka akan terjadi mekanisme kontrol atas implementasi sebuah kebijakan.

Diperlukan Sinergi dengan Pelbagai Pihak

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan sinergi dan kerjasama dengan pelbagai pihak, antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Oleh karena itu, para stakeholder pendidikan harus menyadari kedudukan, peran, dan fungsi masing-masing. Setelah sadar peran dan fungsi, barulah pihak-pihak tersebut menjalankan tugas masing-masing secara konsisten.

Pemerintah Pusat misalnya, mempunyai peran menetapkan kebijakan beserta petunjuk teknisnya, memberikan pendanaan dari APBN, serta mengawasi dan mengevaluasi jalannya kebijakan. Sementara Pemerintah Daerah berfungsi sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat, berperan sebagai pelaksana dan pengawas kebijakan. Lembaga-lembaga pendidikanlah yang merupakan ujung tombak dari kebijakan ini. Unsur-unsur yang ada di lembaga pendidikan, seperti kepala sekolah, pegawai tata usaha/ bendahara, serta para guru, merupakan pelaksana lapangan yang menentukan sukses tidaknya program ini.

Dalam konteks demikian, PGRI mempunyai peran koordinatif terhadap pelbagai pihak tersebut di atas, membantu pemerintah meningkatkan skill dan kompetensi para guru, serta membantu pemerintah mengawasi dan mengevaluasi jalannya program Merdeka Belajar di lapangan. Hasil kerja PGRI terkait program Merdeka Belajar ini tentu harus disampaikan kepada Pemerintah sebagai bahan evaluasi. [*]

Senin, 20 Desember 2021

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI SD/MI

 

(Ditinjau dari sisi kelebihan dan kekurangannya)

OLEH: MUHAJIR, S. Ag., M. Pd.


PENDAHULUAN

 

Dalam rangka  mengendalikan penyebaran pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia tak terkecuali negara kita tercinta Indonesia, maka mulai pada pertengahan bulan  Maret 2020, pemerintah Indonesia  memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan belajar di semua Lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA sampai pada perguruan tinggi. Tidak ketinggalan lembaga-lembaga pendidikan non formal seperti pondok pesantren semuanya ditutup oleh pemerintah. Sekolah/madrasah sampai perguruan tinggi dan Lembaga pendidikan formal dianggap sebagai salah satu tempat yang berpotensi memperluas penyebaran COVID-19,  karena adanya interaksi secara langsung antara murid, guru, mahasiswa dan dosen, ustadz dan santrinya dan orang tua dengan jarak yang dekat. Pada awalnya, kebijakan penutupan sekolah ini akan diberlakukan selama dua minggu. Namun, angka penularan pandemi di berbagai daerah yang terus meningkat sehingga pemerintah memaksa sekolah untuk menerapkan kegiatan belajar dari rumah sampai batas waktu yang ditentukan oleh pemerintah dengan melihat perkembangan pandemic COVID 19. Penerapan kegiatan belajar dari rumah ini selanjutnya disebut dengan pembelajaran jarak jauh yang disingkat dengan istilah PJJ. Kegiatan PJJ yang berkepanjangan ini membuat beberapa guru yang pada awalnya berpikir bahwa penutupan sekolah hanya akan dilakukan dalam waktu singkat, ternyata para guru khususnya guru SD/MI mengalami kesulitan karena tidak memiliki persiapan yang memadai dan belum memahami tentang pelaksanaan kegiatan PJJ.

Pelaksanaan kegiatan PJJ yang dilaaksanaakan oleh guru di sekolah/madrasah dilaakukan secaraa variasi. Ada yang melaksaanakaan dengan cara daring atau dalam jaringan dengan menggunakan fasilitas internet dan sarana komputer, laptop atau android. Ada juga yang menggunakan dengan model luring atau luar jaringan. Kegiatan luring biasanya dengan melihat siaran pendidikan di televisi atau mendengarkan siaran radio. Bagi guru yang belum menguasai teknologi informasi dan komunikasi, mereka hanya menggunakan media whatshap atau WA yang ada di android mereka. Semua materi, tugas dan penilaian diberikan melalui WA dari android. Tetapi bagi guru yang sudah menguasai TIK secara mahir, mereka akan memberikan materi pelajaran, tugas dan penilaian dengan menggunakan berbagai sarana yang ada di laptop atau android. Misalnya para guru bisa membuat video pembelajaran yang menarik, menggunakan google form, e-learning dan lain-lain.

Dalam rangka memperkaya wawasan para guru yang belum memahami tentang pembelajaran jaarak jauh di sini penulis akan mengulas tentang (1) Konsep pendidikan jarak jauh (PJJ), (2) Komponen pendidikan jarak jauh (PJJ), (4) Pengembangan pendidikan jarak jauh (PJJ), (5) Evaluasi pendidikan jarak jauh (PJJ). Dengan harapan para guru khususnya guru SD/MI memahami secara jelas maksud dari kegiatan pembelajaran jarajk jauh (PJJ).

 

1.      Konsep  Pendidikan Jarak Jauh

Konsep yang mendasari PJJ adalah karena adanya keterbatasan yang terjadi antara guru dengan siswa, dosen dengan mahasiswa serta kalau  dalam pendidikan non  formal di pondok pesantren antara ustadz dengan para santrinya, juga di tempat-tempat pelatihan para instruktur/tutor dengan peserta pelatihan. Keterbatasan yang dimaksud adalah karena dimungkinkan jarak geografis atau sebab yang lain misalnya seperti keadaan saat ini yang mengharuskan sekolah/madrasah, kampus, pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang lain sedang ditutup akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu keterbatasan ini menyebabkan peserta didik dan guru tidak dapat berada pada satu tempat/lokasi yang sama pada waktu yang sama untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran  tatap muka secara langsung. Jadi tidak adanya interaksi secara langsung melalui tatap muka antar guru/dosen/instruktur/pelatih dengan peserta didik inilah yang mendasari konsep terjadinya pendidikan jarak jauh (PJJ). 

Teknologi memang memainkan peran penting baik dalam cara pengemasan pesan maupun dalam penyampaian dan penerimaan pesan. Teknologi percetakan dan surat menyurat adalah merupakan kegiatan yang paling awal dalam kegiatan PJJ. Sebelum adanya internet seperti sekarang ini, pada masa lalu PJJ dilaksanakan melalui kegiatan surat menyurat, misalnya guru atau nara sumber memberikan materi atau tugas kepada siswa melalui surat, begitu sebaliknya para siswa memberikan tanggapan atau menjawab tugas yang diberikn oleh guru atau naras umber melalui surat melalui jasa pos.  

Pada perkembangan selanjutnya PJJ menggunakan media yang berupa audio pesan atau materi pembelajaran yang disampaikan para guru atau naras sumber disampaikan melalui suara. Para siswa dapat mendengarkan materi pembelajaran yang disampaikan guru/narasumber melalui radio di rumah masing-masing. Seiring berkembangnya teknologi penggunaan televisi membuka wahana baru di dunia pendidikan dalam kegiatan PJJ. Penggunaan televisi dalam PJJ tidak hanya suara saja yang didengar oleh siswa di rumah, tetapi bisa bertatap muka antara antara naras umber yang menyampaikan materi pembelajaran dengan siswa di rumah. Jadi siswa di rumah bisa mendengar dan melihat langsung guru/narasumber yang memberikan materi pembelajaran. Penggunaan televisi pada masa lalu belum terjadi interaksi antara narasumber dan siswa. Jika ada tanggapan atau materi yang harus dikerjakan oleh siswa, masih menggunakan surat melalui jasa pos. Karena pada masa lalu siaran pendidikan di televisi tidak secara langsung. Seandainya siaran dilaksanakan secara langsung siswa tidak bisa memberikan tanggapan atau bertanya pada narasumber, karena belum ada fasilitas telepon secara interaktif. Lain halnya dengan masa sekarang ini siaran pendidikan yang ada di radio maupun di televisi dilaksanakan melalui siaran langsung dan dibuka layanan interaktif untuk tanya jawab antara siswa dengan guru melalui layanan telepon.

Pelaksanaan PJJ saat ini sudah semakin maju karena didukung oleh layanan internet yang sangat canggih. Internet memiliki kemampuan jangkauan yang tinggi dalam mengatasi masalah jarak dan waktu dibandingkan dengan surat, radio dan televisi. Pengaruh teknologi internet terhadap perkembangan PJJ lebih besar karena mampu membuat PJJ bisa dilaksanakan dengan tatap muka dan interaksi secara langsung. Kalau televisi siswa di rumah dapat melihat guru atau narasumber, tetapi sebaliknya guru atau narasumber tidak bisa melihat siswa yang ada di rumah. Lain halnya dengan fasilitas internet sekarang ini, dengan menggunakan aplikasi zoom meeting antara guru dan siswa bisa bertatap muka secara langsung melalui layar monitor pada komputer, laptop dan android. Siswa dan guru bisa berinteraksi secara langsung dan tanya jawab secara langsung pada waktu yang bersamaan baik melalui suara atau melalui pesan atau chat ketika terjadi kegiatan PJJ dengan menggunakan zoom meeting.

Layanan internet banyak memberikan fasilitas terlaksananya PJJ dari mulai yang sederhana sampai pada yang sangat menarik pada masa pandemi Covid-19 ini. Misalnya guru bisa menggunakan whatshap, facebook, email, video pembelajaraan, google classroom, google meeting dan lain-lain atau yang sekarang ini disebut dengan istilah e-learning. Selain itu dimasa pandemi Covid-19 ini ada beberapa situs di internet yang menyediakan layanan pembelajaran secara daring yang bisa diakses oleh para siswa di rumah atau di mana saja. Misalnya situs yang disediakan oleh kemendikbud RI. Situs-situs itu diantaranya adalah : Rumah belajar, Meja Kita, Icando, IndonesiaX, Google for education, Kelas Pintar, Microsoft Office 365, Quipper School, Ruang Guru, Sekolahmu, Zenius, dan Cisco webex. Para guru atau narasumber tinggal memilih dan menyesuaikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, kemampuan siswa, kondisi jaringan di daerah tersebut dan fasilitas yang dimiliki oleh para guru dan siswa.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jarak jauh pada dasarnya adalah proses pendidikan yang dilakukan dimana siswa dan guru berada pada tempat yang berbeda dengan menggunakan berbagai macam teknologi. Proses pendidikan PJJ dapat terjadi dalam suatu interaksi langsung atau tidak langsung dalam satu waktu yang sama atau waktu yang berbeda melalui media teknologi yang tersedia.

 

2.      Perkembangan Pendidikan Jarak Jauh

Seiring dengan perkembangan zaman PJJ pada saat ini sudah mendunia. Hampir negara di belahan dunia ini sudah melaksanakan dan memiliki program PJJ baik dari pendidikan tingkat dasar, menengah sampai pada perguruan tinggi. Pada perkembangannya PJJ pada tingkat perguruan tinggi lebih cepat mendunia dibandingkan dengan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Hal ini disebabkan karena lembaga pendidikan pada tingkat dasar dan menengah banyak yang letak geografisnya berada pada daerah pedesaan dan terpencil. Sedangkan pendidikan tingkat tinggi lokasinya banyak yang ada di daerah perkotaan yang sudah maju.

Di Indonesia pelaksanaan PJJ sudah dimulai sejak tahun 1984, yang mana waktu itu diterapkan pada pendidikan tinggi di Universitas Terbuka. Dalam perkembangannya saat ini sudah banyak perguruan tinggi sudah melaksanakan PJJ. Pelaksanaan PJJ untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah di Indonesia baru dilaksanakan secara meluas Ketika negara Indonesia mengalami wabah pandemi Covid-19. Namun demikian tidak semua lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah saat ini melaksanakan PJJ dengan baik, karena keterbatasan media dan lain-lain.

 

3.      Model Pendidikan Jarak Jauh di SD/MI

Ada beberapa model yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan PJJ pada tingkat SD/MI pada masa pandemi Covid-19 ini.

 

a.       Model dimana pendidikan jarak jauh (PJJ) dilakukan secara manual.

Model ini diterapkan pada sekolah yang keadaan demografinya tidak mendukung, dikarenakan lokasi terpencil, jaringan internet tidak ada, siaran radio atau televisi tidak terjangkau. Hal ini juga bisa diterapkan pada daerah yang keadaan ekonomi masyarakatnya sangat rendah atau kategori miskin. Model manual ini guru bisa berkunjung ke rumah siswa secara bergantian untuk memberikan pembelajaran pada siswa. Siswa yang rumahnya berdekatan, kira-kira ada siswa satu sampai dengan lima orang dikumpulkan jadi satu tempat untuk diberikan pembelajaran dan pendampingan ketika siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Selain itu kita bisa menggunakan jasa kurir atau jasa pos untuk mengirimkan materi dan tugas pada siswa. Dan suatu saat guru berkunjung ke rumah siswa untuk mengambil tugas yang telah dikirim sambil memberi pendampingan.

b.      Model Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) secara Online

Pada model ini pembelajaran jarak jauh dilakukan secara online dengan baik. Hal ini dikarenakan daerah tersebut bisa mengakses fasilitas internet, siaran radio dan televisi dengan baik. Selain itu fasilitas yang mendukung terlaksanya PJJ secara online sangat mendukung. Misalnya kemampuan guru dibidang IT, sekolah mempunyai fasilitas internet yang memadai, sarana computer yang cukup, dan para siswa di rumah juga terpenuhi baik fasilitas internet dan komputer atau android. Yang tak kalah pentingnya para wali murid juga menguasai penggunaan IT dengan baik.

 

4.      Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh di SD/MI

Pandemi Covid-19 yang sedang kita alami, khususnya dibidang pendidikan lebih khusus lagi pendidikan di tingkat SD/MI membawa banyak problematika yang muncul. Problem atau permasalahan ada yang bersifat kekurangan dan ada yang bersifat kelebihan. Permasalahan yang muncul dapat kita bedakan dari siswa, guru, orang tua dan demografi sekolah. Disini penulis berusaha menganalisa permasalahan yang muncul.

a.       Permasalahan dari siswa

-       Banyak siswa yang tidak mempunyai HP/android dan laptop.

-       Banyak siswa yang masih gaptek terhadap IT khususnya kelas rendah.

-       Siswa kurang tertarik pada pembelajaran melalui PJJ.

-       Siswa merasa jenuh dan bosan karena tinggal di rumah terus, tidak bisa bertemu dengan teman-temannya di sekolah.

-       Jika siswa mempunyai HP/android, mereka hanya bisa mengoperasikan game atau youtube.

-       Ketika diberi tugas oleh guru, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas karena merasa aman tidak ada teguran secara langsung dari guru.

-       Siswa di rumah merasa seperti libur sekolah, sehingga mereka bermain sepuasnya karena tidak ada kontrol dari orang tua, karena orang tua sedang bekerja.

 

b.      Permasalahan dari guru

-       Banyak guru khususnya guru non ASN yang belum sertifikasi tidak mempunyai laptop atau android yang memadai untuk pelaksanaan PJJ.

-       Masih ada guru yang gaptek terhadap TIK, sehingga sulit untuk membuat materi pembelajaran yang menarik untuk diberikan pada siswa.

-       Guru mempunyai peralatan laptop dan android yang memadai, tapi mereka malas untuk membuat media pembelajaran yang menarik secara online.

-       Guru kurang peduli dan tidak bertanggugjawab atas tugasnya.

c.       Permasalahan dari orang tua

-       Tidak semua orang tua mampu membelikan laptop dan android untuk semua anaknya yang masih sekolah.

-       Orang tua tidak mampu menyediakan jaringan wifi atau kuota data.

-       Orang tua hanya mempunyai satu android, dan dibawa orang tuanya bekerja.

d.      Permasalahan demografi sekolah

-       Sekolah di pedesaan tidak ada sinyal internet.

-       Sekolah di pedesaan banyak yang belum mempunyai peralan TIK yang memadai.

Dari empat permasalahan di atas mulai dari permasalahan dari siswa, guru, orang tua dan letak demografi sekolah yang bersifat kekurangan, justru membawa kelebihan bagi siswa, guru, orang tua dan sekolah. kelebihan yang dimaksud diantaranya adalah : guru yang asalnya kurang memahami dan tidak mampu mengoperasikan peralatan TIK, mereka akan belajar dengan teman-temannya untuk bisa membuat materi pembelajaran yang menarik melalui PJJ online dengan dukungan dari kepala sekolah yang selalu memberikan motivasi pada guru-gurunya. Bagi siswa yang kurang memahami TIK juga akan belajar menguasai TIK dengan baik. Bagi orang tua begitu juga akan berusaha belajar memahami dan menggunakan TIK, dipandu oleh guru para orang tua Latihan membuat akun email, membuka elearning untuk membantu putra-putrinya dalam mengirimkan tugas yang diberikan oleh guru. Orang tua semakin peduli terhadap putra-putrinya dalam mendampingi belajar di rumah. Sekolah-sekolah yang asalnya sarana pendukung TIK kurang, maka kepala sekolah bersama komite dan stakeholder yang lain akan berusaha memenuhi sarana TIK yang dibutuhkan. Sekolah-sekolah sering mengdakan kegiatan pelatihan membuat media pembelajaran secara online. Misalnya Latihan membuat google classroom, Latihan membuat video pembelajaran dengan berbagai aplikasi yang ada di internet.

 

5.      Kesimpulan

Pada masa pandemi Covid-19 ini, karena semua kegiatan pendidikan secara tatap muka langsung di sekolah dihentikan, diganti dengan kegiatan pendidikan jarak jauh maka PJJ merupakan solusi pendidikan yang sangat baik untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan lokasi, jarak dan waktu antara guru di sekolah dengan siswa di rumah. Kemajuan peralatan teknologi yang disebut dengan TIK memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan sarana dan media pembelajaran yang menarik untuk diberikan kepada siswa.

Kegiatan PJJ tentu memunculkan banyak permasalahan atau problema, mulai dari karakteristik siswa, guru, orang tua  dan letak demografi sekolah yang sangat beragam, untuk itu para pemangku kepentingan dibidang pendidikan harus bisa memberikan solusi terbaik demi terlaksananya pelaksanaan PJJ di tingkat pendidikan SD/MI dimasa pandemi Covid-19 ini. Diantaranya adalah ketersediaan dana untuk memfasilitasi kegiatan PJJ, sehingga pendidikan tetap berjalan baik dan lancer sesuai harapan. Karena sejatinya pendidikan tidak boleh berhenti dalam kondisi apapun.

   

Profil Penulis

Muhajir lahir di Pati pada 16 september 1969. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Slungkep 1 Kecamatan kayen Kabupaten Pati tahun 1982. Pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di MTsN Lasem Kabupaten Rembang dan lulus pada tahun 1985. Belajar di PGAN Kudus lulus tahun 1988. Pendidikan strata 1 pada fakultas tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang 1995. Sedangkan strata 2 diselesaikan di UPGRIS Semarang Prodi Manajemen Pendidikan pada tahun 2013.

Mulai jadi guru di Madrasah Ibtidaiyah Miftahussalam Wonosalam kabupaten Demak tahun 1988 sampai tahun 2005. Sejak tahun 2005 sampai tahun 2017 menjadi kepala madrasah di MI Miftahussalam 2 Wonosalam Kabupaten demak. Sejak tahun 2017 sampai sekarang menjadi kepala madrasah di MIN 2 Kabupaten Jepara. Selain menjadi guru dan kepala madrasah, juga pernah menjadi fasilitator pembelajaran bagi guru SD/MI di Kabupaten Demak bekerjasama dengan USAID, mulai tahun 2006 sampai tahun 2017.


SUPERVISI PEMBELAJARAN PADA MASA PANDEMI COVID 19

 

MUHAJIR, S.Ag.,M.Pd MIN 2 Kab. Jepara


PENDAHULUAN

Kegiatan supervisi pendidikan adalah salah satu elemen yang penting dalam pendidikan di sekolah/madrasah yang mendorong untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bersama. Perbaikan yang diharapkan oleh seluruh elemen pendidikan, baik siswa, wali murid, maupun masyarakat secara umum. Sehingga kualitas pendidikan menjadi baik dan menghasilkan generasi yang baik pula.

Objek utama supervisi adalah para guru dan tenaga kependidikan yang mempunyai peran penting dalam membentuk karakter anak. Selain para guru objek supervisi pendidikan tentu semua elemen yang terlibat di dalamnya, seperti manajemen, pembiayaan, hubungan masyarakat, kurikulum dan kesiswaan. Supervisi pendidikan bertujuan menumbuhkan kesadaran dari dalam. Sehingga tumbuh keinginan untuk melakukan kebaikan demi perbaikan supaya pendidikan mengalami peningkatan kualitas. Supervisi juga bertujuan membangun kebersamaan dan kekompakan dalam melangkah sesuai target yang ditentukan.

Program supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah juga merupakan bagian dari penjaminan mutu internal di sekolah/madrasah. Penjaminan mutu Pendidikan di sekolah /madrasah dilakukan secara eksternal dan internal. Penjaminan mutu eksternal dilaksanakan melalui kegiatan akreditasi sekolah madrasah oleh BAN-SM, sedangkan penjamiman mutu Pendidikan di sekolah madrasah secara internal dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi diri sekolah/madrasah dan supervisi akademik.

Pada masa sekarang ini dimana dunia baru dilanda pandemic covid 19 termasuk negara Indonesia, pemerintah menerapkan program PSBB yang mengharuskan masyarakat tidak boleh berkerumun dan harus menjaga jarak aman. Dalam keadaan ini dunia pendidikan juga menerapkan PSBB pula. Pembelajaran di sekolah/madrasah harus dilaksanakan secara daring (dalam jaringan). Para siswa tidak hadir di sekolah/madrasah, begitu juga para guru tidak semuanya dating ke sekolah madrasah/madrasah. Para guru dan tenaga kependidikan melaksanakan tugasnya sebagian secara WFO (Work From Office) datang ke sekolah/madrasah. Dan sebagian melaksanakan tugas secara WFH (Work From Home) atau bekerja dari rumah. Berdasarkan kenyataan di atas bagaimana peran kepala sekolah /madrasah dalam melaksanakan tugasnya untuk menjaga mutu pendidikan di sekolah/madrasah tetap berjalan baik dan optimal serta  terjamin pelaksanaanya dengan baik di masa pandemic covid 19 ini. Hal ini kualitas pengelolaan pendidikan di sekolah/madrasah tidak terlepas dari peran penting kepala sekolah sebagai manajer di sekolah/madrasah tersebut dalam mengelola pendidikan. Salah satu upaya yang dilaksanakan oleh kepala sekolah/madrasah adalah dengan melaksanakan kegiatan supervise pendidikan di sekolah/madrasah yang dipimpin pada masa pandemic covid 19 ini sehingga mutu pelayanan pembelajaran pada peserta didik tetap optimal.

PEMBAHASAN

        Dalam makalah ini tidak akan dijelaskan mengenai supervisi secara terperinci, hanya akan membahas bagaimana kepala sekolah/madrasah melaksanakan tugas supervisi akademik yang dilakukan pada masa pandemi yang merupakan bagian kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah/madrasah yaitu sebagai supervisor dan pemimpin pembelajaran. Jadi walaupun masa pandemic baru mewabah di Indonesia dan pembelajaran dilaksanakan secara daring dimana siswa dan guru tidak bertemu secara langsung, kepala sekolah/madrasah harus tetap melaksanakan supervise akademik terhadap para guru dan tenaga kependidikan yang lain. Menurt  LPPKSPS Kemendikbud dalam panduan kerja kepala sekolah dimasa pandemic covid 19, bahwa tips bagi kepala sekolah untuk melakukan tugasnya sebagai supervisor dan pemimpin pembelajaran adalah “Tujuan supervis akademik di masa covid 19 adalah untuk membantu guru memastikan siswanya belajar baik di rumah”.

 Selain itu supervise juga diharapkan para guru dalam pembelajaran tidak membebani siswa, para guru harus bisa merancang model pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa dengan cara daring /PJJ pada masa pandemic ini dikemas dengan model yang menarik dan, menyenangkan bagi siswa di rumah. Guru dalam memberikan materi pembelajaran tidak boleh monoton dengan satu model. Misalnya tidak boleh hanya mengirimkan materi berupa tulisan yang dikirim ke siswa melalui WA (whatshap) siswa hanya disuruh membaca materi tersebut kemudian disuruh mengerjakan tugas atau soal berdasarkan materi yang diberikan secara tertulis di WA, GC (google Classroom) dan website sekolah/madrasah. Tetapi guru harus bisa menyampaikan materi kepada siswa di rumah dengan berbagai model dan bentuk, sehingga siswa di rumah akan tetap tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru melalui daring/PJJ. Misalnya guru mata pelajaran tertentu pada minngu ini menyampaikan materi dengan hanya mengirimkan tugas secara tertulis melalui WA atau melalui GC untuk dibaca dan dipelajari siswa di rumah, maka pada pertemuan berikutnya guru harus menyampaikan materi dengan model yang lain misalnya dengan zoom meeting , youtube yang sudah dibuat oleh guru dengan bentuk yang menarik juga bisa melalui pesan suara yang dikirimkan kepada siswa. Sehingga dengan berbagai model penyampaian materi ini diharapkan siswa tidak jenuh dalam menerima materi pembelajaran. Kalua perlu guru harus melakukan refleksi kepada para siswa di rumah model pembelajaran apa yang disukai oleh para siswa untuk bisa dilaksanakan dengan baik di masa pandemic covid 19 ini. Para guru juga harus menyiapkan materi essensial yaitu materi yang dianggap penting yang perlu disampaikan kepada siswa di rumah. Guru harus menggunakan kurikulum yang sudah dibuat oleh sekolah/madrsah yaitu kurikulum darurat pada masa pandemic covid 19. Dengan mengacu pada kurikulum tersebut maka materi yang disampaikan kepada siswa tidak akan membebani. Diutamakan pada masa pandemi covid 19 ini pembelajaran penekanannya pada pendidikan karakter pada siswa. Para guru dalam melaksanakan penilaian pembelajaran di masa pandemic covid 19 ini juga harus fleksibel. Guru tidak hanya memberikan penilaian pada siswa berbentuk angka-angka saja atau kuantitatif, tapi guru bisa memberikan penilaian pada siswa dalam bentuk deskriptif yang bisa dijabarkan dalam bentuk kata-kata dan  dilambangkan dengan huruf misalnya nilai A, nilai B dan seterusnya.

Berdasarkan pembahasan di atas maka kepala sekolah/ madrasah perlu melaksanakan supervisi agar pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di masa pandemi covid 19 ini sesuai yang diharapkan dan direncanakan. Dalam kegiatan supervisi ini kepala sekolah/madrasah harus tetap menggunakan langkah-langkah atau tahapan-tahapan dalam kegiatan supervise, seperti kegiatan supervise pada masa normal atau tidak masa pandemi. Yang membedakan supervise pada masa pandemic dan masa normal adalah, jika masa normal kegiatan pelaksanaan pra observasi dan observasi dilaksanakan secara langsung sedangkan pada masa pandemic ini kegiatan pra observasi dan observasi bisa secara langsung dan secara virtual. Adapun langkah-langkah yang biasa digunakan kepala sekolah /madrasah pada saat melaksanakan supervisi yaitu :persiapan atau perencanaan, pelaksanaan, penilaian atau evaluasi dan tindak lanjut hasil supervise.

1.Persiapan atau perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: menyusun program supervisi (supervise apa saja yang akan kita laksanakan termasuk jenis kegiatan, sasaran, waktu pelaksanaan ), menetapkan guru senior yang akan membantu kepala madrasah dalam pelaksanaan supervise, menyusun instrument supervise dan memberitahukan atau mensosialisasikan program supervise pada guru di sekolah madrasah melalui kegiatan rapat secara virtual atau melalui rapat zoom meeting. Program supervise juga bisa diberikan kepada guru melalui WA grup sekolah /madrasah, blog dan website sekolah madrasah di masa pandemic ini.

2. Pelaksanaan supervise

Pada pelaksanaan kegiatan supervise di masa pandemic ini menurut LPPKSPS Kemendikbud dalam Panduan Kerja Kepala Sekolah di Masa Pandemi Covid 19 disebutkan bahwa pelaksanaan supervise melalui tiga tahap yaitu : “1. Melakukan kegiatan pra observasi, 2. Melakukan observasi, 3. Melakukan kegiatan post-observasi”. Kegiatan pra observasi pada masa pandemic  ini kepala sekolah /madrasah bisa melakukan dengan cara virtual jika memungkinkan dan secara daring melalui zoom meeting atau video call. Kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor pada saat pra observasi bisa menanyakan kesiapan guru mulai dari RPP dan media pembelajaran yang akan digunakan saat observasi berlangsung. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan observasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara daring menggunakan aplikasi yang digunakan sesuai kemampuan yang dimiliki oleh sekolah/madrasah, guru dan siswa sesuai kondisi di lapangan misalnya WA, GC, Zoom meeting dan lain-lain. Pada saat observasi kepala sekolah/madrasah harus menguasai materi yang akan disupervisi dan membawa instrument untuk melakukan observasi. Tahap yang ketiga pada pelaksanaan supervise yaitu melaksanakan kegiatan post-observasi. Pada tahapan ini supervisor menganalisis hasil supervise, melakukan refleksi bersama guru yang disupervisi. Supervisor memberi ucapan selamat kepada guru yang disupervisi, menanyakan perasaan yang dirasakan guru setelah mengajar, menanyakan bagian mana yang dirasakan puas dan bagian mana yang dirasakan masih kurang. Kemudian supervisor memberikan masukan berdasarkan hasil observasi baik kelebihan maupun kekurangan yang dilakukan oleh guru ketika disupervisi. Supervisor pada tahap ini juga memberikan pengarahan pada guru tindak lanjut yang tepat yang harus dilaksanakan oleh guru supaya pada observasi berikutnya guru dalam melaksanakan pembelajaran akan lebih baik dan maksimal.

3. Evaluasi

Penilaian ataau evaluasi dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah setelah kegiatan observasi semua guru sudah dilakukan semuanya. Dari hasil observasi tersebut selanjutnya kepala sekolah/madrasah bisa mengevaluasi kendala apa saja, bagaimana hasil observasi dan bagaimana instrument yang digunakan untuk observasi, semuanya harus dievaluasi.

4. Tindak lanjut

Kepala sekolah/madrasah setelah mengetahui hasil dari supervise harus segera ditindak lanjuti misalnya bagaimana langkah-langkah pembinaan yang tepat yang akan diberikan pada guru untuk memperbaiki proses pembelajaran pada masa pandemic ini. Selain itu juga program-program supervise yang tepat yang akan dilaksanakan oleh kepala sekolah/madrasah pada tahap supervise berikutnya.

Sabtu, 09 Oktober 2021


Segenap civitas akademika MIN 2 Jepara menyampaikan selamat dan terimakasih atas prestasi yang diraih ananda Muhammad Wildan Abdillah dalam ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Provinsi Jawa Tengah sebagai juara harapan II kategori bidang studi IPA Terintegrasi.

MIN 2 Jepara memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada ananda Muhammad Wildan Abdillah sebagai peserta dan kepada guru pembimbing, beliau Bu Erma Listiyani, S.Pd. dan Bu Farisa Dina Shafira, S.Pd.

KSM tingkat Provinsi diselenggarakan pada tanggal 19-20 September lalu. Untuk peserta dari KabupatenJepara dipusatkan di MIN 2 Jepara.

MIN 2 JEPARA SIAP HADAPI KSM TINGKAT PROVINSI



Alhamdulillah MIN 2 Jepara mendapat 

Juara 1 KSM tk Kabupaten IPA Terintegrasi siswa yg duduk di kelas VI b Muhammad Wildan Abdillah putra dari Bapak Pramono Ibu Ummi Hidayah salah satu wakil Kabupaten Jepara pada KSM tk Provinsi.

Seleksi KSM di tingkat provinsi akan dilaksanakan pada tanggal 20 September 2021.

Untuk menghadapi hal tersebut, MIN 2 Jepara melakukan pembinaan secara intensif. Pembinaan dilakukan setiap hari setelah PTM, dan berlangsung selama kurang lebih dua jam.

Sebagai guru pembimbing Bu Erma Listiyani dan Bu Farisa Dina Shafira terus semangat dan selalu mencari metode agar anak tidak jenuh.

Tetap semangat guru2 hebat  mengantar siswa yg luar biasa hebat🥰

Bismillah semoga lancar dan juara.. 

Mohon Do'a Restu



Tim Robotik MIN 2 JEPARA, melaju ke Tahap Final (30 besar) MRC = Madrasah Robotic Competition 2021 yang diselenggarakan oleh Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia

Kategori Rancang Bangun 

Sheza Ramadhani Nalistya

Salsabila Rahma Safitri

Final : 2 - 3 Oktober 2021 – Online

Kategori Mobil Robot 

M. Helmy Najmuddin

Ataabika Bechrouz Saraseena

Final : 16-17 Oktober 2021 – Offline di  Mall Alam Sutera Tanggerang

Mohon doa dan dukungan semua warga MIN 2 JEPARA semoga dimudahkan dan diberikan prestasi yang membanggakan.

Pemantauan Kagiatan Muroja'ah dan Ziadah Tahfidz


Dalam menjalankan tugasnya selaku kepala madrasah salah satu tupoksinya adalah melaksanakan pemantauan program yang ada di madrasah. Kali ini Muhajir memantau pelaksanaan kegiatan tahfidz  qur'an sebagai program unggulan di MIN 2 Jepara.  Selasa 31 Agustus Muhajir melakukan pemantauan kegiatan murojaah dan ziyadah tang dilakukan siswa kelas 4 bersama guru pembimbing tahfidz.  Kegiatan berjalan lancar terbukti dengan video berikut ini.



Minggu, 26 September 2021

MIN 2 JEPARA SUKSES LAKUKAN UJICOBA AKMI







Sebanyak 155 siswa MIN 2 Jepara mengikuti ujicoba Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia(AKMI).Asesmen dilaksanakan beberapa tahap, yakni tanggal 18, 24,  dan 25 Agustus 2021.

Pada ujicoba tanggal 18 terjadi kendala pada server pusat, sehingga tak ada satupun siswa yang berhasil login ke halaman soal. Sedangkan tanggal 24 dan 25 sebanyak 100 siswa berhasil masuk dan mengerjakan soal-soal AKMI dengan baik meskipun agak tersendat.

AKMI adalah asesmen yang dilakukan pada siswa madrasah di bawah naungan Kementerian Agama sebagai metode penilaian yang komprehensif untuk mendiagnosis kelebihan dan kelemahan siswa pada literasi membaca, literasi numerasi, literasi sains, dan literasi sosial budaya termasuk survei karakter. 

Hasil asesmen dapat digunakan oleh guru dan madrasah untuk memperbaiki layanan pendidikan yang dibutuhkan siswa sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.

Pelaksanaan ujicoba AKMI di MIN 2 Jepara dilakukan dengan memenuhi protokol kesehatan secara ketat. Siswa maupun pengawas menggunakan masker dengan disiplin. Sedangkan perangkat yg digunakan untuk pengerjaan soal adalah ponsel Android milik masing-masing siswa. 

SISWA MIN 2 JEPARA JUARAI KOMPETISI SAINS MADRASAH (KSM) TINGKAT KABUPATEN JEPARA


Muhammad Wildan Abdillah, siswa MIN 2 Jepara, meraih juara pertama Kompetisi Sains Madrasah (KSM) jenjang Madrasah Ibtidaiyah tingkat Kabupaten Jepara Tahun 2021. 

Ananda Wildan memenangkan kompetisi yg digelar oleh Kementerian Agama Pusat itu pada bidang studi IPA Terintegrasi.

KSM tingkat Kabupaten diselenggarakan secara daring pada tanggal 21-23 Agustus lalu. Pemenang 3 besar tingkat Kabupaten akan maju ke tingkat Provinsi.

Sementara pada bidang studi Matematika Terintegrasi, wakil MIN 2 Jepara, Ataabika Bechrouz Saraseena, meraih juara harapan 1.


Selasa, 14 September 2021

SISWI MIN 2 JEPARA KEMBALI MENOREHKAN PRESTASI PADA LOMBA BERCERITA RRI SEMARANG TAHUN 2021




Pengalaman dan harapan sebagai siswa yang mengikuti pembelajaran secara daring karena adanya pandemi corona diceritakan secara apik oleh Sheza Ramadhani Nalistya, siswi kelas V E MIN 2 Jepara. Cerita pengalaman itulah yang mengantarkannya meraih juara 2 dalam Lomba Bercerita yang digelar oleh LPP RRI Semarang.

Kompetisi bertema “Lomba Bercerita Dengan Harapan” itu diadakan secara daring. Peserta mengirimkan karyanya dalam bentuk video kepada panitia. Kemudian Panitia menilainya dan menentukan peserta terbaik berdasarkan jumlah nilai terbanyak dari tiap peserta. 

Penyerahan piala dan hadiah dilakukan di Auditorium RRI Semarang pada Jum’at (27/8) bersamaan dengan puncak peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2021 tingkat Kota Semarang. 

Menanggapi prestasi siswanya, Siti Saudah sebagai guru pembimbing Sheza Ramadhani menuturkan, “Sertifikat atau piala ini hanya bonus. Yang penting itu ilmu, inspirasi, dan pengalaman yang sangat berharga.” 

Guru pembimbing ekstrakurikuler seni di MIN 2 Jepara itu merasa bahagia dan bangga bisa mengasah bakat yang dimiliki oleh siswanya hingga meraih prestasi. “Terbayar sudah semua kerja keras yang kami lakukan selama berhar-hari,” ungkapnya.

Sementara Kepala MIN 2 Jepara, Muhajir, mengapresiasi prestasi yg diraih oleh salah satu siswanya itu. Beliau berharap prestasi yang ditorehkan oleh Sheza Ramadhani menjadi pemicu semangat bagi siswa lainnya untuk berprestasi sesuai bakat dan minat masing-masing. 

Minggu, 12 September 2021

MIN 2 JEPARA RAMAIKAN LOMBA JINGLE DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

Lagu "Jingle Jateng Gayeng Telung Ng" || Nur Syaid dan Siti Saudah || MIN 2 JEPARA


MIN 2 Jepara turut serta dalam Lomba Cipta Jingle Jateng Gayeng Telung Ng yang diadakan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah. Lomba ini diselenggarakan pada tanggal 03 - 11 Juni 2021 rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 05 Juni 2021. 

Telung Ng maksudnya adalah fokus pengelolaan sampah dengan tiga Ng yaitu Ngelongi (mengurangi), Nganggo (menggunakan kembali) dan Ngolah (mendaur ulang). Tujuan Telung Ng adalah membangun kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sebagai bagian dari pemulihan ekosistem.

Turut sertanya MIN 2 Jepara dalam ajang lomba juga sesuai dengan harapan MIN 2 Jepara yang punya program madrasah Adiwiyata dan sekolah ramah anak (SRA) dimana warga madrasah harus mampu mengelola sampah, baik sampah organik maupun non organik. Sebelum Pandemi, Muhajir, M. Pd. selaku Kepala juga sudah meresmikan Bank Sampah MIN 2 Jepara. Tidak heran ketika ada Lomba Cipta Jingle, Muhajir sangat mendukung tim kreatif MIN 2 Jepara untuk turut serta didalamnya. 

Selain itu Kepala MIN 2 Jepara Muhajir juga selalu memotivasi para guru dan siswa untuk selalu berkreasi dan berkarya untuk meningkatkan kompetensi diri para guru dan kompetensi lulusan para siswa yang dicapai dengan cara mengikuti berbagai macam lomba baik untuk para guru maupun siswa. Dengan harapan bisa membawa madrasah menjadi hebat bermartabat

Sebagai penanggungjawab Tim Kreatif MIN 2 Jepara, Siti Saudah sendiri yang menciptkan Lagu Jingle untuk diikut sertakan dalam Lomba yang diadakan DLH Provinsi Jateng. Aransemen lagu dilakukan oleh Penanggung Jawab Hadrah An-NIMA MIN 2 Jepara, Nur Syaid. Seperti yang dikatakan oleh Siti Saudah, "ikut sertanya MIN 2 Jepara dalam Lomba Jingle ini sebagai bentuk partisipasi dan dukungan agar masyarakat lebih giat dalam merawat lingkungan".




Rabu, 08 September 2021

Tumbuhkan Karakter Kepedulian Sosial Siswa MIN 2 Jepara melalui Kegiatan Peduli Sahabat Yatama









Pendidikan karakter ditanamkan tidak hanya melalui kegiatan pembelajaran di ruang kelas, tetapi juga lewat kegiatan lapangan. Hal itulah yang dilakukan oleh MIN 2 Jepara pada hari Kamis (19/8) lalu melalui kegiatan bakti sosial berupa santunan yatim piatu. 

Kegiatan yang bertajuk “Peduli Sahabat Yatama” itu digelar di Aula MIN 2 Jepara yang berlokasi di sisi belakang gedung MIN 2 Jepara. Momen tersebut dihadiri oleh Kepala Madrasah, guru dan pegawai, serta siswa-siswi yatim piatu di MIN 2 Jepara beserta walinya.

Acara dimulai dengan doa bersama, laporan kegiatan dari panitia, sambutan oleh Kepala MIN 2 Jepara, dan diakhiri dengan penyerahan santunan. Pada acara tersebut terdapat 31 siswa-siswi yatim piatu yang mendapatkan santunan. Dana santunan berasal dari sumbangan sukarela orangtua siswa, serta guru dan pegawai di lingkungan MIN 2 Jepara.

Melalui kegiatan ini para siswa dilatih untuk menumbuhkan rasa peduli, empati, serta kasih sayang kepada sesama teman sebaya mereka. Hal itu diwujudkan dengan menyisihkan sebagian uang saku mereka untuk membantu teman yang membutuhkan.

Kepala MIN 2 Jepara, Muhajir, mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian Madrasah terhadap siswa-siswinya yang bernasib kurang baik karena menyandang status sebagai yatim. 

Beliau juga berpesan kepada para siswa-siswi yatim piatu agar mempergunakan dana santunan dengan sebaik-baiknya untuk mendukung kegiatan pembelajaran mereka. Di akhir sambutan dia berpesan agar siswa-siswi yatim selalu semangat dalam belajar.

Kegiatan santunan Yatama ini dilakukan oleh MIN 2 Jepara secara rutin tiap tahun. Yaitu tepatnya pada tanggal 10 Muharram atau yang sering disebut sebagai hari Asyuro’. Dikarenakan masih dalam masa pandemi, kegiatan santunan tahun ini dilakukan dengan memenuhi protokol kesehatan secara disiplin.